Friday, November 21, 2014

Kedudukan Harta Dalam Islam

Islam yang kita yakini adalah sebuah pedoman kehidupan yang syumul alias komprehensif atau menyeluruh. Segala aspek kehidupan baik itu politik, tatanegara, hubungan antarnegara, perdagangan, suami-isteri, orangtua-anak, adab-adab sehari-hari, dan sebagainya. Harta pun tak luput dari perhatian islam.
            Secara garis besar, pandangan islam mengenai harta terfokus pada tiga hal. Pertama, dzatnya halal dan thoyib. Kedua, cara mendapatkan/menghasilkannya halal & thoyib. Dan ketiga, cara membelanjakannya halal & thoyib. Bila tiga halal ini dipenuhi, insyaAllah kita sudah dapat mengamalkan ibadah financial dengan baik.
            Dengan merujuk kepada beberapa ayat al quran dan mendalaminya, kita mendapatkan bahwa istilah “harta” disebutkan dalam beberapa tempat yang berbeda. Hal tersebut menyuratkan perhatian Islam terhadap masalah harta. Dapat disimak, harta dalam perspektif Islam secara ringkas sebagai berikut.
       harta sebagai sesuatu yang dicintai
“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (Qs. Al Fajr: 20)
       harta sebagai suatu hiasan
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.(Qs. Al-Kahfi:46)
       harta sebagai sesuatu yang dibanggakan dan kebaikan
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah diantara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. (Qs. Al-Hadid: 20)
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (Qs. Al-Mukminun:55-56)
       harta sebagai suatu cobaan atau ujian
Harta dapat hadir sebagai suatu cobaan dalam tiga masa. Pertama, Masa kekurangan yang menuntut kesabaran. Kedua, masa kecukupan yang menuntut ke”qona’ah-an. Dan ketiga, masa kelebihan yang menuntut syukur.
“dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. Al-Anfal: 28)
Selain itu, harta juga menjadi cobaan ketika mengalami proses dinamika, khususnya dikala kuantitas dan kualitas harta kita berkurang.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekuarangan harta, jiwa dan buah-buahan.” (Qs. Al Baqarah:155)
       harta sejatinya milik Allah, dan manusia sebagai pengelola
“Dan berikanlah kepada mereka sebagai harta dari harta Allah yang telah dikaruniakan kepadamu.” (Qs. An-Nuur:33)
       harta harus disikapi secara bijak dan penuh kehati-hatian
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harat (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (Qs. An-Nisaa’:5)
       harta yang halal itu baik, dan jumlahnya tidak terbatas
“Makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya saja kamu Menyembah.” (Qs. Al-Baqarah: 172)
       harta yang haram itu buruk, dan jumlahnya terbatas
harta haram terdiri atas lima bentuk, yakni:
       harta anak yatim
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dhalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.”(Qs.An-Nisaa’:10)
       Harta Riba
Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”(Qs. Al Baqarah: 275)
       Memakan harta orang lain secara batil
“Dan janganlah kamu memakan harta di antara kamu secara batil.” (Qs. Al Baqarah: 188)
       Makanan yang haram
“dan memasukkan (memakan) yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka kerjakan itu.” (Qs. Al-Maidah: 62)
       Harta yang membuat lalai dari mengingat Allah
“janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.” (Qs. Al-Munafiqun:9)
       berinfak dapat mengembangkan harta
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-NYa) lagi Maha Mengetahui. (Qs. Al Baqarah:261)
       dalam harta terdapat milik orang lain
“Dan pada harta-harta mereka terdapat hak untuk orang yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (Qs. Adz-Dzariyat: 19)
       harta itu bukan mata uang di akhirat
Yaitu di hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Qs. Asy-Syuara’: 88 – 89)
       harta dapat menjadi jalan keselamatan di akhirat
“Maka, kami peringatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka. Yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya.”(QS. Al Lail : 14-18)

Allahu ‘alamu bish showab
http://tawbat.com/kedudukan-harta-dalam-islam/